- Pilkada Serentak 2024 Brutal, Gugatan Sengketa Hasil Pilkada Mencapai 56,9 Persen
- Pergulatan Seorang Perempuan Papua Melawan Penindasan Di Tulis Oleh Benny Giay dan Yafet Kambai
- Kemajuan di Balik Keterbelakangan
- Kisah Tragis Polwan Rusmini, Korban Konspirasi dan Sistem Bobrok di Polri
- Pimpinan Organisasi Pers Adakan Pertemuan Bahas Perkembangan Pers Terkini dan Program 2025
- Tragedi Tanah dan Keadilan: Legiman Pranata, Korban Pencaplokan oleh Anggota DPR RI
- PPWI dan Kedubes Rusia Akan Adakan Lomba Menulis dan Kunjungan Jurnalistik ke Rusia
- Tarian Para Pahlawan Elang: Kisah Persatuan Damai
- Kepala Pengelola BPP Distrik Pyramid Mengucapkan Terimakasih Kepada Pemerintah Kabupaten Jayawijaya
- OpenDesa Gelar Rapat Kerja Nasional 2024: Fokus pada Capaian Target Kepengurusan
Kemajuan di Balik Keterbelakangan
Keterangan Gambar : Kemajuan di Balik Keterbelakangan
Di kaki pegunungan Jayawijaya, ada sebuah desa yang sejak lama dianggap terisolasi dan primitif. Orang-orang luar memandang masyarakat di sana dengan penuh rasa kasihan, seolah mereka belum mengenal dunia modern. Desa itu bernama Tiwat, tempat suku Auwaga tinggal. Para penduduk hidup sederhana, mengenakan pakaian tradisional, dan berladang di tanah subur di tepi hutan. Rumah-rumah mereka berdiri di atas tiang-tiang kayu, tampak sangat sederhana di mata orang kota.
Namun, apa yang tidak dilihat oleh para pendatang adalah kehidupan rahasia yang tersembunyi di balik budaya tradisional mereka. Para tetua suku Auwaga bukanlah orang yang terbelakang. Mereka adalah penjaga pengetahuan kuno, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan yang meliputi astronomi, botani, dan bahkan energi terbarukan. Suku ini telah lama memahami pola bintang dan memanfaatkan kekayaan alam dengan cara yang ramah lingkungan.
Di tengah desa, sebuah bangunan kecil yang tampak seperti rumah biasa ternyata menjadi pusat teknologi. Di dalamnya, anak-anak muda suku Auwaga belajar mengoperasikan komputer dan menggunakan teknologi modern untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Mereka membangun sistem informasi yang menghubungkan desa dengan kota-kota besar di Papua. Mereka memanfaatkan panel surya untuk menghasilkan listrik dan menggunakan teknologi untuk memetakan wilayah hutan demi melindungi tanah leluhur mereka dari penebangan liar.
Baca Lainnya :
Suatu hari, seorang jurnalis dari kota datang untuk meliput kehidupan di desa ini. Dia berpikir akan menemukan kehidupan primitif yang jauh dari perkembangan zaman. Namun, betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang anak kecil di desa sedang bermain dengan tablet, dan di kejauhan terlihat drone yang berpatroli di langit, memastikan hutan di sekitar tetap aman dari penjarah.
"Ternyata kami salah menilai kalian," ucap jurnalis itu dengan heran kepada Tetua Suku Auwaga. "Kalian jauh lebih maju dari yang kami bayangkan."
Tetua itu tersenyum bijak. "Kami memang tidak ingin terlihat, karena kami tahu dunia luar sering merusak apa yang mereka temui. Tapi kami tahu apa yang kami butuhkan dan bagaimana melindungi tanah kami."
Desa Tiwat bukanlah desa yang tertinggal. Mereka adalah peradaban yang memilih jalur mereka sendiri, menggabungkan kebijaksanaan leluhur dengan teknologi modern untuk menjaga kehidupan yang harmonis dengan alam. Dan mungkin, di balik kesederhanaan yang terlihat, ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipelajari oleh dunia luar.